✿ stay simple, stay humble ✿

Selasa, 04 November 2014

Semangkuk Cinta #1


“ibu bikin apa?”
“bikin susu sari kedelai, nanti kita jual nduk, buat tambah-tambah uang jajanmu”
“asyiik…., tapi bu, aku lebih suka bawa ini untuk saku di sekolah, jadi ndak perlu uang jajan”
“iya, tapi tetap harus dijual, buat makan kita juga to nduk” ibu tersenyum mengusap rambutku.
“o….” dengan polosnya aku hanya bisa mengangguk mengiyakan kata-kata ibu.
            Malam itu aku menghabiskan waktu menemani ibu membungkus satu persatu sari kedelai dari baskom besar ke plastik-plastik kecil. Aku tak membantu, hanya bercerita banyak-banyak tentang apa yang terjadi hari ini dari berangkat sekolah hingga pulang. Sesekali ibu tertawa mendengarnya, membuatku semakin semangat untuk bercerita hingga bungkusan terakhir diletakkan ibu ke dalam keranjang plastik. Sembari membangunkan ayah yang terlelap di depan tv untuk menggendong adik ke tempat tidurnya, ibu memintaku untuk menata bungkusan-bungkusan susu ke dalam kulkas.
            “ibu, apakah kita akan menjualnya berkeliling kampung?”
            “tidak sayang, kita akan menjualnya disini, biar orang-orang yang datang kemari untuk membeli. Nanti kita tempel tulisan ‘jual susu kedelai’ di depan pintu rumah ya?”
            “iyaa” jawabku bersemangat.

            “ibuuuu….. aku pulaaaang” aku menyembur masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan betapa sepatu yang masih kukenakan mengotori lantai rumah dari ruang tamu hingga dapur.
            “wa’alaikum salaam…” jawab ibu yang tengah mencuci piring di westafel. Aku tersipu.
            “as…salamu’alaikuum… hehehe. Lupa” dalihku, seraya mencium tangan kanan ibu yang basah. Langsung saja aku tanggalkan seragam sekolahku, bertumpukan dengan sepatu dan tas warna coklat kesayanganku, lalu berlari ke kamar mandi mengabaikan teriakan lembut ibu yang menyuruhku menaruh semua barang-barang itu pada tempatnya.
            “bu…bu, tadi teman-teman banyak yang minta susu yang aku bawa. Dian, Sofia, Intan, Indah, banyak bu. Kata mereka besok aku harus membawa lagi” jelasku ketika keluar dari kamar mandi. Ibu hanya tersenyum sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah tumpukan barang-barangku. Dan sekali lagi aku mengabaikannya.
            “lalu aku bilang, ibuku jualan susu kedelai di rumah. Kalo mau ya beli! Hahaha” entah kenapa pada saat itu aku sudah bisa berfikir tentang bisnis.
            “lalu?”
            “besok aku bantuin jual ke sekolah ya bu? Pasti laku! Banyak yang suka kok bu…”
            “kamu ndak malu jualan di sekolah?”
            “ndak bu!”
Aku hampir melompat kegirangan ketika ibu mengangguk dengan senyuman. Aku memeluk perutnya dan berlari keluar dapur, takut kalau tiba-tiba ibu sadar aku belum membereskan barang-barangku. Mana bisa, tak ada waktu! Aku ada janji dengan Dian akan main di rumahnya sepulang sekolah. Namun yang kudengar teriakan ibu dari dapur adalah:
“jangan lupa pakai baju!”
 
===========================



2 komentar:

  1. Haii.. Cakk.. Done Follow sini no. 58
    Salam kenalan.. Sudilah kiranya follow me back,
    boleh kita saling kunjung mengunjung pasni..

    Official Blog :
    http://tengkubutang.blogspot.com/

    Catlover Blog :
    http://kucenkucenbelog.blogspot.com/

    BalasHapus

© Lintangra, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena