“ibu bikin apa?”
“bikin susu sari kedelai, nanti kita jual nduk, buat
tambah-tambah uang jajanmu”
“asyiik…., tapi bu, aku lebih suka bawa ini untuk saku
di sekolah, jadi ndak perlu uang jajan”
“iya, tapi tetap harus dijual, buat makan kita juga to
nduk” ibu tersenyum mengusap rambutku.
“o….” dengan polosnya aku hanya bisa mengangguk
mengiyakan kata-kata ibu.
Malam
itu aku menghabiskan waktu menemani ibu membungkus satu persatu sari kedelai
dari baskom besar ke plastik-plastik kecil. Aku tak membantu, hanya bercerita
banyak-banyak tentang apa yang terjadi hari ini dari berangkat sekolah hingga
pulang. Sesekali ibu tertawa mendengarnya, membuatku semakin semangat untuk
bercerita hingga bungkusan terakhir diletakkan ibu ke dalam keranjang plastik.
Sembari membangunkan ayah yang terlelap di depan tv untuk menggendong adik ke
tempat tidurnya, ibu memintaku untuk menata bungkusan-bungkusan susu ke dalam
kulkas.
“ibu,
apakah kita akan menjualnya berkeliling kampung?”
“tidak
sayang, kita akan menjualnya disini, biar orang-orang yang datang kemari untuk
membeli. Nanti kita tempel tulisan ‘jual susu kedelai’ di depan pintu rumah
ya?”
“iyaa”
jawabku bersemangat.
“ibuuuu…..
aku pulaaaang” aku menyembur masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan betapa
sepatu yang masih kukenakan mengotori lantai rumah dari ruang tamu hingga
dapur.
“wa’alaikum
salaam…” jawab ibu yang tengah mencuci piring di westafel. Aku tersipu.
“as…salamu’alaikuum…
hehehe. Lupa” dalihku, seraya mencium tangan kanan ibu yang basah. Langsung
saja aku tanggalkan seragam sekolahku, bertumpukan dengan sepatu dan tas warna
coklat kesayanganku, lalu berlari ke kamar mandi mengabaikan teriakan lembut
ibu yang menyuruhku menaruh semua barang-barang itu pada tempatnya.
“bu…bu,
tadi teman-teman banyak yang minta susu yang aku bawa. Dian, Sofia, Intan, Indah,
banyak bu. Kata mereka besok aku harus membawa lagi” jelasku ketika keluar dari
kamar mandi. Ibu hanya tersenyum sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah
tumpukan barang-barangku. Dan sekali lagi aku mengabaikannya.
“lalu
aku bilang, ibuku jualan susu kedelai di rumah. Kalo mau ya beli! Hahaha” entah
kenapa pada saat itu aku sudah bisa berfikir tentang bisnis.
“lalu?”
“besok
aku bantuin jual ke sekolah ya bu? Pasti laku! Banyak yang suka kok bu…”
“kamu
ndak malu jualan di sekolah?”
“ndak
bu!”
Aku hampir melompat kegirangan ketika ibu mengangguk
dengan senyuman. Aku memeluk perutnya dan berlari keluar dapur, takut kalau
tiba-tiba ibu sadar aku belum membereskan barang-barangku. Mana bisa, tak ada
waktu! Aku ada janji dengan Dian akan main di rumahnya sepulang sekolah. Namun
yang kudengar teriakan ibu dari dapur adalah:
“jangan lupa pakai baju!”
Haii.. Cakk.. Done Follow sini no. 58
BalasHapusSalam kenalan.. Sudilah kiranya follow me back,
boleh kita saling kunjung mengunjung pasni..
Official Blog :
http://tengkubutang.blogspot.com/
Catlover Blog :
http://kucenkucenbelog.blogspot.com/
Nice entry
BalasHapus