✿ stay simple, stay humble ✿

Sabtu, 30 April 2011

Tersenyumlah, senja...



Kubuka pintu yang menuju ke halaman belakang rumahku dan menemukan ibu tengah duduk dibangku kecil diantara petak-petak sansievera dan adeniumnya yang hampir membusuk karena terlalu sering disiram. Pandangan ibu lurus kedepan dengan tatapan kosong. Aku tahu, pikirannya tengah melayang lagi kesuatu tempat, dimana ia tak lagi merasakan penderitaan yang terus menghantuinya. Kuhampiri ibu dan duduk disebelahnya. Tak sedikitpun ibu menyadari kehadiranku. Aku menengadah memandang langit. Nampak semburat warna merah tembaga di ufuk barat. Senja hampir tiba…
“ibu…” sapaku. Kulirik ibu yang tetap membisu dan terbuai dalam lamunannya.
“ibu….” Panggilku lagi. Kali ini ibu melihatku. Ia mengamatiku sejenak sebelum kembali pada pandangan yang aku tak tahu kemana arahnya. Aku menghembuskan nafas panjang dan memulai pembicaraan, “senjanya indah ya bu…?” tanyaku. Pertanyaan yang aku yakin tak akan mendapatkan jawabannya.
“senjanya indah…lihat ibu, ada sekelompok burung yang terbang ke selatan!” celotehku nyaring, sambil menunjuk kelangit.  “burung-burung itu terlihat sangat bahagia ya, bu?” aku memandang ibu sambil tersenyum, namun ibu tetap setia dalam diamnya.
“ibu…ibu.. lihat! Matahari di ufuk Barat tersenyum pada kita. Lihat ibu! Tidakkah ibu membalas senyumannya?” ibu tetap saja diam, sama sekali tak menghiraukan aku. “wah…sayang sekali… padahal senyuman ibu jauh lebih indah dari pada cahaya itu…” keluhku muram.
Ibu memandangku, berkedip beberapa kali, kemudian menatap tajam matahari yang hendak beranjak keperaduannya. Lama sekali ibu memandanginya, sebelum akhirnya mampu mengulum senyum walau masih terlihat samar.
“indahkan, bu?” Tanyaku riang. Ibu mengangguk satu kali.
“ibu ingin kesana” kata ibu tiba-tiba, seraya menunjuk kearah matahari itu. Aku tersenyum mendengar ucapannya.
“itu terlalu jauh bu…” sambungku. Ibu menggeleng lemah.
“ibu ingin ke tempat indah itu…” sorot matanya terlihat sedih.
“tidak ibu, matahari kala senja hanya akan terlihat indah jika dilihat dari jauh. Kalau didekati, keindahan itu pasti akan menghilang” jelasku, mengulang kata-kata ibu yang pernah ia sampaikan padaku dulu, bertahun-tahun silam. Ibu mengerutkan kening, tidak terima dengan penjelasanku.
“mengapa semua yang indah selalu menghilang jika ibu menghampirinya? Apa salahnya ibu menikmati keindahan itu dan merasa bahagia karenanya…” ibu menangis. Aku mendekat semakin rapat pada ibu, memeluknya lembut. “apakah selamanya ibu hanya bisa melihatnya dari jauh saja…” ibu terisak semakin keras.
“ibu… kan ibu sering mengatakan padaku, bahwa Allah telah menentukan kebahagiaan sendiri untuk masing-masing hambanya. Jika ibu belum bahagia sekarang, mungkin esok atau entah kapan kebahagiaan itu akan menghampiri ibu. Tidak semua hal yang indah akan membuat kita bahagia. Terkadang kebahagiaan itu justru ada pada sesuatu yang sama sekali tidak kita sadari keindahannya. Begitukan yang selalu dikatakan ibu dulu?” tangisan ibu mereda dan dengan lembut kulepaskan pelukanku pada ibu.
“apakah…kau bahagia, nak?” Tanya ibu sesenggukan. Aku tersenyum sambil menggenggam erat kedua tangan ibu.
“tentu saja bu… apalagi yang membuatku bersedih jika ada ibu disisiku?” jawabku. “ibu adalah satu-satunya alasan bagiku untuk bertahan hidup. Memiliki ibu dan adik adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku…” mataku mulai berkaca-kaca.
“ibu tidak bisa membuat kalian berdua bahagia seperti dulu…”
“tidak bu… Kebahagiaanku dan adik adalah melihat ibu tersenyum” air mataku terjatuh, namun dengan segera kuhapus air mata itu dengan ujung jilbabku. “karena itu, tersenyumlah bu… Kami tidak akan pernah meninggalkan ibu sendiri. tersenyumlah bersama kami, orang-orang yang sangat mencintai ibu…” ibu kembali tersedu dalam pelukanku. Namun aku yakin, kali ini ibu tersenyum dalam tangisnya.
Kulirik matahari yang juga tersenyum menampakkan keindahannya melalui sinarnya yang mewarnai langit serupa merah keemasan. Senja turut merasakan kebahagiaanku. Aku tersenyum pada langit. Aku tahu, aku mampu bertahan menghadapi apapun selama ada adik dan ibu di sampingku. Selama ada matahari dan senja yang menemaniku.

Ailynn
Rogojampi, Mei 2009



2 komentar:

  1. tulisan yg bagus tapi benar2 memperkosa mata pembaca
    salam knal salam hangat :) maaf ehhe

    BalasHapus
  2. makasih pujiannya... ^_^
    ini hanyalah pengalaman pribadi yang coba aku ungkapkan lewat tulisan.
    salam kenal juga...

    BalasHapus

© Lintangra, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena