Aku tengah berada di taman kota, ketika gadis itu melihatku dan tertawa riang sambil bertepuk tangan. Tubuhnya yang mungil melompat-lompat kecil dan berlari ke arahku. Aku terdiam di tempatku berdiri, mengamati gerak geriknya yang kini sudah semakin dekat denganku. Tingginya hanya beberapa centi meter di atas lututku. Masing-masing tangan kecilnya menggenggam satu permen. Gadis kecil itu menyerahkan salah satu permen padaku. Namun aku tak bergerak, sambil terus menatapnya tajam. Ia tak menyerah dan berusaha menggapai-gapai tanganku agar mau menerima permen darinya. Aku tetap bergeming ketika ia mulai merengek atas tindakanku yang tak bisa dibedakan dengan patung.
Gadis kecil itu memeluk lututku dengan kedua tangan yang masih menggenggam permen, dan menengadah memandangku. Mungkin sedang berusaha mengamati raut wajahku. Ia tersenyum lagi, dan kali ini senyumannya membuatku sadar. Aku melepas tangan-tangan mungil yang merangkulku erat-erat itu. Dengan segera mundur beberapa langkah menjauhinya, berbalik lalu pergi. Gadis kecil itu mencoba berlari mengejarku saat aku semakin menjauh darinya. Berteriak-teriak dengan seruan “jangan pergi” padaku, namun aku terus melangkah tak menghiraukannya.
Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu, semakin lama semakin keras. Sedetik kemudian derap langkah kecil itu terhenti, sehingga aku tergoda untuk melihat ke belakang. Gadis kecil itu jatuh tersungkur di kubangan lumpur hingga sekujur tubuhnya coklat terendam lumpur. Namun tubuhnya yang mungil menolak untuk tetap tersungkur dan berusaha mengangkat bangun tubuhnya. Tangannya terangkat ke arahku, dia pikir akan semudah itu bisa meraihku? Kuhentikan langkahku untuk mengamatinya. Melihatnya menderita karenaku. Aku sepenuhnya sadar, bahwa tindakanku ini sudah sangat keterlaluan, tapi entah mengapa sebagian dari diriku tega melakukan itu dan bahkan senang saat melihat gadis kecil yang tak sama sekali kukenali itu terluka karenaku. Rasanya seperti de javu, ketika aku tertawa kejam melihat gadis kecil itu terpuruk di depanku.
Gadis kecil itu berjalan tertatih mendekatiku, dan tetap tak melepaskan permen dalam genggamannya itu. Anehnya, dia kembali tersenyum manis ketika melihatku berhenti melangkah untuk mengamatinya. Sungguh aku heran, mengapa dia begitu ingin memberikan permen itu padaku? Dan mengapa pula aku tidak sudi menerimanya, meskipun untuk sekedar menyenangkan hatinya? Belum sempat aku menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh di otakku, gadis kecil itu sudah berada tapat di depanku dan kembali memelukku erat-erat. Aku tersentak dan mendorongnya jauh-jauhnya hingga ia terjengkang ke belakang.
Namun kali ini ia tak menangis. Dengan tubuh yang gemetar hebat, gadis kecil itu berusaha merangkak ke arahku dan meletakkan satu permen dari tangan kanannya di tanah di depan tempatku berdiri, lalu sekali lagi ia mencoba berdiri dengan kaki-kakinya yang rapuh.
“Ailyn!!”
Aku terkejut mendengar teriakan seseorang memanggil namaku dan otomatis mataku mencari sumber suara itu. Seorang wanita paruh baya, mengenakan setelah busana muslim dengan jilbab panjang yang membuatnya terihat anggun, berdiri tak jauh dari aku dan gadis kecil itu berada. Kuamati lebih teliti lagi ketika wanita itu melambaikan tangannya ke arahku. Hatiku mencelos. Ibu??!
“Ibuu…!!!”
Kali ini suara teriakan itu berasal dari gadis kecil misterius itu. Ia berlari dengan sisa tenaga yang dimilikinya untuk mendekati ibu. Ibu menghampirinya dan menariknya dalam dekapan, tak peduli dengan semua lumpur yang menodai busana indahnya. Ibu menggandeng tangan gadis kecil itu dan berjalan ke arahku.
“ada apa denganmu gadis muda? Apa yang kau lakukan terhadap anak perempuanku?” Tanya ibu dengan tatapan tajam ke arahku. Aku membatu di tempatku berdiri, tak mampu berkata-kata.
“a…aku…”
“apa yang dilakukannya padamu Ailyn sayang?” Tanya ibu kepada gadis kecil itu. Ia tersenyum mendengar pertanyaan ibu.
“Ailyn ingin memberikan satu permen untuknya ibu, tapi kakak ini tak mau menerimanya. Ailyn yang salah ibu, tak seharusnya Ailyn memaksanya untuk menerima permen itu…” gadis kecil itu menatap ibu dengan pandangan menyesal.
“Ailyn sayang, lain kali jangan berikan permennya jika ia tak mau menerimanya. Ini pelajaran bagimu, bahwa ada banyak sifat manusia yang belum pernah kau ketahui sebelumnya. Dan setelah kejadian ini, ibu harap kamu tidak akan pernah mencontoh perbuatan kakak yang telah melukaimu seperti ini” ungkap ibu panjang lebar.
“Baiklah ibu, Ailyn mengerti”
“anak baik… sekarang mari kita pulang, ayah telah menunggu kita di rumah” gadis kecil itu mengangguk semangat dan pergi begitu saja dengan ibu yang tak mengacuhkan keberadaanku sama sekali.
Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Aku berlutut di depan permen itu dan memungutnya. Entah mengapa dadaku sesak hingga aku merasa sulit sekali untuk bernafas. Jantungku berpacu cepat dan mataku mulai berat untuk tetap terbuka, hingga semua ruangan di sekitarku menjadi gelap.
__________________________
Aku menemukan diriku diruang kamar yang nyaris gelap gulita. Bisa kurasakan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhku. Aku tersadar dan terduduk tegak. Apa maksud dari mimpiku barusan?!
By: Ai Lynn
Gadis kecil itu memeluk lututku dengan kedua tangan yang masih menggenggam permen, dan menengadah memandangku. Mungkin sedang berusaha mengamati raut wajahku. Ia tersenyum lagi, dan kali ini senyumannya membuatku sadar. Aku melepas tangan-tangan mungil yang merangkulku erat-erat itu. Dengan segera mundur beberapa langkah menjauhinya, berbalik lalu pergi. Gadis kecil itu mencoba berlari mengejarku saat aku semakin menjauh darinya. Berteriak-teriak dengan seruan “jangan pergi” padaku, namun aku terus melangkah tak menghiraukannya.
Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu, semakin lama semakin keras. Sedetik kemudian derap langkah kecil itu terhenti, sehingga aku tergoda untuk melihat ke belakang. Gadis kecil itu jatuh tersungkur di kubangan lumpur hingga sekujur tubuhnya coklat terendam lumpur. Namun tubuhnya yang mungil menolak untuk tetap tersungkur dan berusaha mengangkat bangun tubuhnya. Tangannya terangkat ke arahku, dia pikir akan semudah itu bisa meraihku? Kuhentikan langkahku untuk mengamatinya. Melihatnya menderita karenaku. Aku sepenuhnya sadar, bahwa tindakanku ini sudah sangat keterlaluan, tapi entah mengapa sebagian dari diriku tega melakukan itu dan bahkan senang saat melihat gadis kecil yang tak sama sekali kukenali itu terluka karenaku. Rasanya seperti de javu, ketika aku tertawa kejam melihat gadis kecil itu terpuruk di depanku.
Gadis kecil itu berjalan tertatih mendekatiku, dan tetap tak melepaskan permen dalam genggamannya itu. Anehnya, dia kembali tersenyum manis ketika melihatku berhenti melangkah untuk mengamatinya. Sungguh aku heran, mengapa dia begitu ingin memberikan permen itu padaku? Dan mengapa pula aku tidak sudi menerimanya, meskipun untuk sekedar menyenangkan hatinya? Belum sempat aku menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh di otakku, gadis kecil itu sudah berada tapat di depanku dan kembali memelukku erat-erat. Aku tersentak dan mendorongnya jauh-jauhnya hingga ia terjengkang ke belakang.
Namun kali ini ia tak menangis. Dengan tubuh yang gemetar hebat, gadis kecil itu berusaha merangkak ke arahku dan meletakkan satu permen dari tangan kanannya di tanah di depan tempatku berdiri, lalu sekali lagi ia mencoba berdiri dengan kaki-kakinya yang rapuh.
“Ailyn!!”
Aku terkejut mendengar teriakan seseorang memanggil namaku dan otomatis mataku mencari sumber suara itu. Seorang wanita paruh baya, mengenakan setelah busana muslim dengan jilbab panjang yang membuatnya terihat anggun, berdiri tak jauh dari aku dan gadis kecil itu berada. Kuamati lebih teliti lagi ketika wanita itu melambaikan tangannya ke arahku. Hatiku mencelos. Ibu??!
“Ibuu…!!!”
Kali ini suara teriakan itu berasal dari gadis kecil misterius itu. Ia berlari dengan sisa tenaga yang dimilikinya untuk mendekati ibu. Ibu menghampirinya dan menariknya dalam dekapan, tak peduli dengan semua lumpur yang menodai busana indahnya. Ibu menggandeng tangan gadis kecil itu dan berjalan ke arahku.
“ada apa denganmu gadis muda? Apa yang kau lakukan terhadap anak perempuanku?” Tanya ibu dengan tatapan tajam ke arahku. Aku membatu di tempatku berdiri, tak mampu berkata-kata.
“a…aku…”
“apa yang dilakukannya padamu Ailyn sayang?” Tanya ibu kepada gadis kecil itu. Ia tersenyum mendengar pertanyaan ibu.
“Ailyn ingin memberikan satu permen untuknya ibu, tapi kakak ini tak mau menerimanya. Ailyn yang salah ibu, tak seharusnya Ailyn memaksanya untuk menerima permen itu…” gadis kecil itu menatap ibu dengan pandangan menyesal.
“Ailyn sayang, lain kali jangan berikan permennya jika ia tak mau menerimanya. Ini pelajaran bagimu, bahwa ada banyak sifat manusia yang belum pernah kau ketahui sebelumnya. Dan setelah kejadian ini, ibu harap kamu tidak akan pernah mencontoh perbuatan kakak yang telah melukaimu seperti ini” ungkap ibu panjang lebar.
“Baiklah ibu, Ailyn mengerti”
“anak baik… sekarang mari kita pulang, ayah telah menunggu kita di rumah” gadis kecil itu mengangguk semangat dan pergi begitu saja dengan ibu yang tak mengacuhkan keberadaanku sama sekali.
Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi. Aku berlutut di depan permen itu dan memungutnya. Entah mengapa dadaku sesak hingga aku merasa sulit sekali untuk bernafas. Jantungku berpacu cepat dan mataku mulai berat untuk tetap terbuka, hingga semua ruangan di sekitarku menjadi gelap.
__________________________
Aku menemukan diriku diruang kamar yang nyaris gelap gulita. Bisa kurasakan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhku. Aku tersadar dan terduduk tegak. Apa maksud dari mimpiku barusan?!
By: Ai Lynn
0 komentar:
Posting Komentar